Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menggugat Pertandingan Bola Voli yang “Janggal” dalam Peringatan Hari Buruh di Nganjuk

Pertandingan exsebisi Bola Voli antara Pemda dan Forkopimda melawan Apindo, serikat pekerja-buruh, dan ormas di Nganjuk

Nganjuknews.com – Rabu, 30 April 2025, Lapangan Bola Voli Alun-alun Kabupaten Nganjuk direncanakan menjadi arena pertandingan eksibisi yang melibatkan Pemerintah Daerah (Pemda) dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) melawan Aliansi Pengusaha Indonesia (Apindo), serikat pekerja-buruh, dan Organisasi Masyarakat (Ormas).

Kegiatan ini disebut-sebut sebagai bagian dari perayaan Hari Buruh Sedunia (May Day) dan Hari Jadi ke-1088 Nganjuk. Sebuah kombinasi perayaan yang terasa sumbang dan menimbulkan pertanyaan besar, apa urgensi pertandingan bola voli ini bagi kaum buruh di momen sakral May Day?

Hari Buruh, bagi jutaan pekerja di seluruh dunia, bukanlah sekadar tanggal merah. Ia adalah momentum untuk mengenang perjuangan panjang dan berdarah para pendahulu dalam menuntut hak-hak mendasar.

Di Indonesia, ingatan akan Marsinah, seorang aktivis buruh gigih asal Nganjuk, tak bisa dipisahkan dari narasi perjuangan buruh.

Kematian Marsinah yang tragis pada 8 Mei 1993, setelah menghilang beberapa hari, menjadikannya simbol perlawanan terhadap penindasan dan ketidakadilan yang dialami kaum pekerja di era Orde Baru.

Marsinah adalah "pahlawan" buruh sejati bagi masyarakat Nganjuk, bahkan pahlawan buruh negeri ini.

Semangat perjuangannya, keberaniannya menyuarakan ketidakadilan, dan pengorbanan nyawanya, seharusnya menjadi inspirasi dan refleksi mendalam bagi setiap buruh, terutama di tanah kelahirannya.

Kami justru angkat topi dengan apa yang dilakukan Komunitas Pecinta Sejarah dan Ekologi Nganjuk (Kotasejuk), yang melakukan aksi sosial membersihkan dan memperbaiki Gubuk Marsinah di Dusun Jegong, Desa Wilangan.

Aksi sosial yang dilakukan menjelang May Day ini patut mendapatkan apresiasi setinggi-tingginya. Upaya mereka merawat "jejak" perjuangan Marsinah adalah bentuk penghormatan yang nyata dan edukatif bagi generasi penerus bangsa.

Di tengah aksi mulia Kotasejuk, justru muncul inisiatif yang terasa kontraproduktif dan bahkan ironis, pertandingan eksibisi bola voli yang melibatkan berbagai elemen masyarakat dan pemerintah.

Apa relevansi adu kekuatan di lapangan voli ini dengan esensi peringatan Hari Buruh? Apakah dengan berolahraga bersama, permasalahan mendasar yang dihadapi buruh, seperti upah layak, kondisi kerja aman, dan hak-hak normatif lainnya, akan terselesaikan? Tentu tidak.

Lebih mengkhawatirkan lagi, inisiatif pertandingan eksibisi ini justru datang dari kalangan serikat pekerja-buruh sendiri.

Seolah-olah mereka melupakan jasa dan pengorbanan Marsinah, pahlawan yang telah meletakkan dasar bagi hak-hak yang kini mereka nikmati.

Apa yang diraih buruh saat ini adalah buah dari perjuangan panjang, termasuk pengorbanan nyawa seperti yang dialami Marsinah.

Mengalihkan fokus peringatan May Day dengan kegiatan seremonial yang dangkal adalah bentuk pengkhianatan terhadap memori perjuangan tersebut.

Pertandingan bola voli eksibisi ini berpotensi mereduksi makna Hari Buruh menjadi sekadar ajang bersenang-senang, dan melupakan akar sejarah perjuangan kaum pekerja.

Alih-alih menggelar kegiatan yang tidak memiliki korelasi signifikan dengan isu-isu buruh, alangkah lebih bermanfaat jika momen May Day diisi dengan diskusi publik mengenai hak-hak buruh, refleksi atas kondisi kerja saat ini, atau aksi solidaritas yang nyata bagi pekerja yang masih tertindas.

Peringatan Hari Buruh seharusnya menjadi momentum untuk memperkuat solidaritas antarpekerja, mengevaluasi pencapaian perjuangan, dan merumuskan langkah-langkah strategis ke depan.

Bukan justru diisi dengan kegiatan hiburan yang mengaburkan esensi perjuangan dan melupakan tokoh sentral seperti Marsinah.

Semoga ke depan, peringatan Hari Buruh di Nganjuk, dan di mana pun, dapat kembali kepada khittahnya sebagai momen refleksi, solidaritas, dan perjuangan yang bermakna bagi kaum pekerja.

Catatan Redaksi: Ketua Panitia Ekshibisi Bola Voli May Day 2025, Kelik Widiwahyuno, telah memberikan penjelasan kepada Nganjuknews.com mengenai maksud dan tujuan ekshibisi bola voli dalam rangka May Day 2025 di Lapangan Bola Voli Alun-alun Nganjuk. Ia juga menegaskan komitmennya untuk memperjuangka nilai-nilai fundamental May Day, dengan ekshibisi bola voli sebagai salah satu instrumen perjuangan.

Selengkapnya bisa baca editorial berjudul Bola Voli di Tengah Peringatan May Day 2025: Instrumen Perjuangan dan Ruh Refleksi di Nganjuk.