Bola Voli di Tengah Peringatan May Day 2025: Instrumen Perjuangan dan Ruh Refleksi di Nganjuk
Nganjuknews.com
– Riuh rendah tepuk tangan dan sorak sorai di Lapangan Bola Voli Alun-alun Kabupaten
Nganjuk, Jawa Timur, mungkin tampak asing dalam bingkai peringatan Hari Buruh
Sedunia atau May Day.
Kegiatan itu pula yang hendak diadakan oleh kaum
buruh di Kota Bayu, nama lain Kabupaten Nganjuk, pada Rabu 30 April 2025
mendatang.
Ekshibisi Bola Voli dalam rangka May Day 2025 ini sedianya
mempertemukan tim Pemerintah Daerah (Pemda) dan Forum Komunikasi Pimpinan
Daerah (Forkopimda) melawan Aliansi Pengusaha Indonesia (Apindo), serikat buruh,
dan Organisasi Masyarakat (Ormas).
Kegiatan yang sedianya digelar sebagai bagian dari perayaan Hari Jadi ke-1088 Nganjuk ini sekilas mengaburkan esensi perjuangan kaum pekerja.
Akan tetapi, di balik ramainya pertandingan,
tersimpan sebuah strategi cerdas dan komitmen yang tak luntur terhadap
nilai-nilai fundamental May Day.
Kepada Nganjuknews.com, Ketua Panitia Ekshibisi Bola
Voli May Day 2025, Kelik Widiwahyuno, menepis anggapan bahwa gegap gempita bola
voli telah menggantikan ruh refleksi dan aksi solidaritas.
Justru sebaliknya, inisiatif murni dari para buruh
ini menjadi "instrumen perjuangan" yang inovatif.
Mereka – para buruh di Kabupaten Nganjuk – sadar betul,
suara lantang di jalanan perlu diimbangi dengan upaya membangun jembatan
komunikasi dengan para pengambil kebijakan.
Pertandingan persahabatan antara buruh, pengusaha,
pemerintah daerah, dan Forkopimda adalah cara tak konvensional untuk
menyampaikan aspirasi dan menumbuhkan political
will yang berpihak pada kesejahteraan pekerja.
Patut diapresiasi pula penegasan bahwa kegiatan ini
sepenuhnya didanai secara gotong royong oleh para buruh, tanpa membebani
anggaran daerah, apalagi Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Nganjuk.
Hal ini semakin memperkuat independensi gerakan
buruh dalam menyampaikan aspirasinya. Mereka tidak hanya menuntut, tetapi juga
berupaya mencari solusi dan membangun dialog yang konstruktif.
Di sisi lain, esensi peringatan May Day sebagai
momen refleksi dan solidaritas tidak sedikit pun terabaikan.
Rangkaian acara seperti malam refleksi dan
istighosah pada Rabu 30 April 2025 malam, serta ziarah ke makam Marsinah di Desa
Nglundo pada Kamis 1 Mei 2025 pagi, menjadi bukti bahwa kaum buruh Nganjuk
tidak melupakan sejarah perjuangan dan kondisi kerja yang masih perlu
diperbaiki.
Ziarah ke pusara Marsinah, aktivis buruh gigih asal
Nganjuk yang menjadi simbol perlawanan terhadap penindasan, adalah pengingat
yang kuat akan pentingnya untuk terus menyuarakan keadilan.
Rencana aksi demonstrasi pada tanggal 1 Mei 2025 juga
menegaskan bahwa "instrumen" bola voli tidak menggantikan aksi nyata
di lapangan.
Demonstrasi tetap menjadi wujud solidaritas terhadap
pekerja yang masih tertindas, sebuah cara untuk menekan dan menuntut perubahan
kebijakan yang lebih berpihak pada kaum buruh.
Apa yang dilakukan buruh di Nganjuk patut menjadi
catatan penting. Mereka tidak terjebak dalam dikotomi antara perayaan dan
perjuangan. Mereka justru mampu mengintegrasikan keduanya.
Ekshibisi bola voli menjadi "cangkang"
yang menarik perhatian dan membuka ruang dialog, sementara refleksi, ziarah,
dan demonstrasi tetap menjadi "isi" yang tak tergantikan dalam
memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan buruh.
Pada akhirnya, peringatan May Day 2025 di Nganjuk
tahun ini memberikan pelajaran berharga. Perjuangan buruh tidak harus selalu
identik dengan aksi turun ke jalan yang konfrontatif.
Kreativitas dan kemampuan membaca situasi, termasuk
membangun komunikasi yang efektif dengan berbagai pihak, juga merupakan bagian
penting dari strategi perjuangan.
Bola voli mungkin hanya sebuah instrumen, namun
semangat refleksi dan komitmen terhadap keadilan tetap menjadi ruh yang
membakar perjuangan kaum buruh di Nganjuk.
Semoga inisiatif ini mampu membuka mata para pemangku kebijakan, dan membawa perubahan nyata bagi kehidupan para pekerja atau buruh di Tanah Tercinta ini.