Kisah Bocah Magelang Berjuang Lawan Covid-19
KabarNasional, Magelang – Covid-19 tak memandang usia. Virus ini tak hanya menyerang kalangan dewasa, tapi juga bocah yang tak tahu menahu mengenai penyakit ini.
Irene Mardalenta Gea tampak seksama menonton sebuah acara di salah satu stasiun televisi swasta, Minggu (20/12/2020) siang. Sementara tangannya menyangga piring berisi nasi dan lauk ayam goreng kesukaannya.
Bocah berumur sembilan tahun ini tak sendirian. Di samping Irene ada Amoni Zeboa (31) yang tak lain merupakan pamannya sendiri. Keduanya kini lebih banyak menghabiskan waktu bersama di dalam rumah.
Baik Irene maupun Amoni memang diharuskan melakukan isolasi mandiri di rumah, setelah nenek Irene dinyatakan suspek Covid-19 sehingga harus dirawat di RSUD Tidar Kota Magelang sejak Senin (14/12/2020) silam.
Rumah Irene berada di RT 01, RW 05, Perumnas Kalinegoro, Desa Kalinegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Selama ini rumah itu ditinggali tiga orang, Irene, Amoni, dan nenek Siti Zama (56).
Namun setelah nenek Siti menginap di rumah sakit, Irene harus tinggal di rumah seorang diri sejak Selasa (17/12/2020). Musababnya Irene diminta pulang dari rumah sakit karena penunggu pasien dibatasi satu orang.
Setelah dua malam melakukan isolasi mandiri di rumah, Irene akhirnya memperoleh teman. Si paman yang sebelumnya menunggui nenek Siti memutuskan pulang ke rumah pada Kamis (17/12/2020) pukul 20.00 WIB.
Tentu saja kepulangan Amonio atas sepengetahuan pihak RSUD Tidar Kota Magelang. Amonio mendapatkan izin dari rumah sakit untuk melakukan isolasi mandiri di rumah sehingga bisa menemani Irene.
“Saya terus memikirkan Irene, yang tidur sendirian di rumah. Sejak Senin (14/12/2020) kemarin Ibu saya (nenek Siti) masuk rumah sakit,” jelas Amonio mengenai alasan kepulangannya kepada awak media.
Mulanya Amonio diminta melakukan isolasi di rumah sakit, sementara Irene isolasi mandiri di rumah. Tapi karena tak tega melihat keponakannya tinggal sendirian di rumah, Amonio meminta izin agar diperbolehkan pulang.
“Kalau sudah ke rumah nggak boleh balik rumah sakit, dan (harus) isolasi mandiri di rumah,” tutur Amonio menirukan ucapan petugas medis mengenai konsekuensi bila dirinya memutuskan pulang ke rumah.
“Itu tidak menjadi masalah, karena yang terpenting saya bisa menemani Irene di rumah. Kalau kondisi ibu saya di rumah sakit sudah mulai membaik,” sambung Amonio.
Isolasi mandiri yang dilakukan Irene dan Amonio bermula dari kondisi kesehatan nenek Siti yang memburuk. Awalnya nenek Siti sakit gigi sehingga tak bisa makan secara teratur, imbasnya asam lambung si nenek naik.
“Awalnya berobat ke Puskesmas karena sakit gigi. Itu yang membuat ibu jarang makan dan asam lambung naik. Ketika di rumah sakit ternyata reaktif Covid-19,” ujar Amonio.
Diasuh Paman
Selama ini Irene memang diasuh pamannya, Amonio. Ibu Irene telah meninggal dunia pada tahun 2016 silam, sementara ayahnya tinggal di Nias. Sebelumnya keluarga Irene termasuk Amonio dan nenek Siti tinggal di Nias.
Karena kondisi perekonomian keluarga ini kian memburuk, Amonio akhirnya memutuskan merantau ke Jawa. Tak merantau seorang diri, Amonio juga mengajak ibunya atau nenek Siti dan keponakannya, Irene.
“Awalnya ayah Irene tidak mengizinkan, namun akhirnya diizinkan karena saya merantau bersama ibu saya atau nenek Irene. Agar nenek tidak kesepian bila ada Irene,” ungkap Amonio.
Kini Amonio berprofesi sebagai pemasang alat pemanas air. Sementara keseharian nenek Siti sebelum sakit yakni menjual kue bolang-baling dengan berkeliling ke kompleks perumahan di Desa Kalinegoro.
“Irene sering ikut jualan kue bersama neneknya keliling perumahan dan kampung,” tutup Amonio.
Reporter: Usman H